Pasukan-pasukan Tangguh Dari Minahasa Yang Disegani Kawan Dan Lawan

Artikel455 Dilihat

Minahasa dikenal memiliki pasukan-pasukan tangguh yang disegani baik oleh kawan maupun lawan.

Pasukan-pasukan ini terlibat dalam berbagai pertempuran penting, baik melawan penjajah maupun dalam menjaga keutuhan Indonesia. Berikut ini adalah pasukan-pasukan legendaris dari Minahasa:

 

Patung Portugis di Tondano

Pasukan Waraney

Pasukan Waraney berasal dari Tou Wulu’ (Tombulu) dan dikenal sebagai prajurit tangguh dalam sejarah Minahasa.

Salah satu peristiwa paling terkenal yang melibatkan Pasukan Waraney adalah Perang Tasikela yang terjadi pada 10 Agustus 1644.

Dalam pertempuran ini, Bangsa Minahasa bertempur melawan pasukan Spanyol.

Perang ini dimenangkan oleh Minahasa di bawah kepemimpinan Tona’as Lumi Worotikan dari Tou Wulu’.

Kemenangan ini membuktikan kekuatan dan ketangguhan Pasukan Waraney, sekaligus mempertahankan kemerdekaan wilayah Minahasa dari pengaruh Spanyol.

 

 

Pasukan Tulungan

Pada Perang Jawa (1825-1830), Bangsa Minahasa kembali menunjukkan kekuatannya.

Pasukan Belanda (VOC) meminta bantuan kepada Minahasa untuk melawan pasukan Pangeran Diponegoro. Pasukan Tulungan (yang berarti “penolong”) dikirim dari Minahasa di bawah pimpinan Groot Mayor Tololiu Hermanus Willem Dotulong.

Pasukan ini berhasil membantu Belanda mengalahkan dan menangkap Pangeran Diponegoro.

Keberhasilan ini menunjukkan bahwa pasukan dari Minahasa memiliki keahlian tempur yang luar biasa.

 

Pasukan Marsose Dari Minahasa

Korps Marsose dibentuk oleh pemerintahan kolonial Hindia Belanda pada tahun 1890 dan dibubarkan pada tahun 1940.

Pasukan Marsose dikenal sebagai pasukan elit dari KNIL (Koninklijk Nederlands-Indisch Leger).

Prajurit Marsose direkrut dari Minahasa, Ambon, dan Jawa.

Mereka terkenal tangguh dalam menumpas perlawanan para pejuang, khususnya selama Perang Aceh (1873-1904).  

Pasukan Marsose asal Minahasa memiliki reputasi tinggi di kalangan pejuang Aceh.

Mereka dipandang lebih tangguh dan ditakuti oleh rakyat Aceh karena keberanian dan kekejaman mereka di medan tempur.

 

 

Pasukan KNIL Dari Minahasa

KNIL (Koninklijk Nederlands-Indisch Leger) adalah tentara Kerajaan Belanda yang didirikan pada tahun 1830 dan dibubarkan pada tahun 1950.

Banyak prajurit dari Minahasa yang bergabung dalam KNIL.

Mereka terkenal sebagai prajurit yang gigih dan berani, baik di medan pertempuran di Pulau Jawa maupun di luar negeri.

Salah satu tokoh penting dari Minahasa di pasukan KNIL adalah Letkol Adolf Gustav Lembong, yang menunjukkan kepemimpinan dan ketangguhannya dalam menghadapi pasukan Jepang (Dai Nippon) selama Perang Dunia II.

 

Laskar KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi)

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, rakyat Minahasa kembali menunjukkan semangat juangnya.

Pada tahun 1945, dibentuklah Laskar KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi).

Panglima KRIS adalah Letkol Evert Langkai.

Laskar KRIS berperan penting dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari agresi militer Belanda.

Pada tahun 1947, Laskar KRIS berkembang menjadi Brigade XII, yang kemudian ikut bertempur di Pulau Jawa.

Perjuangan ini menunjukkan peran rakyat Sulawesi Utara, khususnya Minahasa, dalam memperkuat kemerdekaan Indonesia.

 

Tentara Republik Indonesia Sulawesi Utara (Trisu)

Pada masa awal kemerdekaan, pasukan Tentara Republik Indonesia Sulawesi Utara (TRISU) memainkan peran penting dalam upaya mengusir Belanda. Di bawah pimpinan Letkol Charles Choesy Taulu, TRISU berhasil merebut markas militer KNIL di Manado pada 14 Februari 1946.

Peristiwa ini dikenal sebagai Peristiwa Merah-Putih, yang menjadi simbol perjuangan rakyat Minahasa dalam mengibarkan bendera Merah Putih dan mempertahankan kedaulatan Indonesia.

 

Batalyon 3 Mei

Batalyon 3 Mei dibentuk setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pasukan ini dipimpin oleh Mayor Alex Mengko.

Pada awalnya, Batalyon 3 Mei bergerak dengan menyerang markas KNIL di Tomohon dan Manado, serta merebut senjata milik pasukan kolonial.

Keberhasilan besar Batalyon 3 Mei terjadi pada tahun 1950, di mana mereka ikut menumpas pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku.

Setelah itu, Batalyon 3 Mei bergabung dengan Divisi Siliwangi dan kemudian bergabung dengan Kodam Jaya, menunjukkan bahwa mereka terus memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas nasional.

 

Batalyon Worang

Batalyon Worang dibentuk pada Januari 1950 dan dipimpin oleh Mayor Hein Victor Worang.

Batalyon ini berperan penting dalam menumpas pemberontakan di Indonesia pasca-kemerdekaan.

Keberhasilan besar Batalyon Worang adalah saat mereka berhasil menumpas pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Jakarta serta pemberontakan Andi Azis di Makassar pada tahun 1950.

Keberhasilan ini memperkuat peran Batalyon Worang sebagai salah satu pasukan elite dari Minahasa dalam menjaga ketertiban dan keamanan nasional.

 

 

Permesta (Perjuangan Semesta)

Permesta (Perjuangan Semesta) adalah gerakan politik dan militer yang terjadi pada tahun 1958-1961.

Gerakan ini bertujuan untuk memperjuangkan keadilan dan melawan dominasi kekuasaan pusat yang dianggap tidak adil terhadap daerah-daerah.

Mayjen Alexander Evert Kawilarang, Brigjen Herman Nicolas Ventje Sumual, dan Brigjen Jacob Frederick Warouw adalah tokoh-tokoh penting dalam Permesta. Gerakan ini juga memiliki misi untuk melawan komunisme (PKI).

Konflik antara pemerintah pusat dan Permesta berakhir dengan kesepakatan damai pada 4 April 1961.

Meskipun gerakan ini sempat dianggap sebagai pemberontakan, banyak tokoh Permesta yang akhirnya kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

 

Kesimpulan

Pasukan-pasukan dari Minahasa telah menunjukkan peran yang besar dalam sejarah perjuangan Indonesia.

Dari era kolonial hingga pasca-kemerdekaan, mereka memainkan peran yang signifikan di medan perang, baik melawan penjajah asing maupun dalam mengatasi pemberontakan di dalam negeri.

Pasukan seperti Waraney, Tulungan, Marsose, dan KNIL menunjukkan kekuatan dan keberanian rakyat Minahasa dalam menghadapi penjajah.

Sementara itu, pasukan seperti Laskar KRIS, TRISU, Batalyon 3 Mei, Batalyon Worang, dan Permesta menjadi simbol penting dari semangat perlawanan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dan menjaga keutuhan negara.

 

Melalui peran mereka, rakyat Minahasa meninggalkan jejak penting dalam sejarah nasional Indonesia. Pasukan-pasukan ini tidak hanya disegani oleh kawan, tetapi juga ditakuti oleh lawan.

Keberanian, loyalitas, dan kecerdikan mereka dalam pertempuran menjadikan mereka bagian tak terpisahkan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Tinggalkan Balasan