Operasi Trikora adalah operasi militer yang diluncurkan Indonesia untuk menggabungkan Irian Barat (Papua Barat) dengan Indonesia.
Setelah kegagalan diplomasi dengan Belanda, yang tetap mengklaim Irian Barat, Pemerintah Indonesia mengambil langkah militer.
Pada 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengumumkan pelaksanaan Trikora dan membentuk Komando Mandala yang dipimpin oleh Mayjen Soeharto untuk merencanakan dan melaksanakan operasi militer.
Salah satu pasukan penting dalam operasi ini adalah Pasukan Gerilya (PG)-500 yang dipimpin oleh Kapten Jongkhy R. Kumontoy, mantan komandan pasukan gerilya Permesta di Maluku.
Pasukan ini terdiri dari 87 orang yang sebelumnya terlibat dalam gerilya melawan TNI di Halmahera. Setelah Perjanjian Perdamaian Permesta pada 1961, mereka bergabung dengan TNI dan dilatih untuk operasi di Irian Barat.
Pada 15 Juli 1962, Pasukan PG-500 melakukan penyusupan ke Irian Barat melalui Pulau Gebe dan Pulau Waigeo, menggunakan perahu dengan mesin outboard.
Tujuannya adalah untuk merusak pertahanan Belanda dan mengibarkan bendera Merah Putih.
Setelah menghadapi serangan udara dari Belanda, mereka berhasil menyusup melalui Teluk Arugu dan menurunkan bendera Belanda di Sansapor pada 17 Juli 1962, kemudian menggantinya dengan bendera Indonesia.
Pada 18 Juli, mereka menghancurkan instalasi radio Belanda, namun pertempuran sengit dengan pasukan Belanda terjadi hingga awal Agustus.
Pasukan PG-500 kemudian menarik diri ke Lam-Lam setelah gencatan senjata yang disepakati pada 15 Agustus 1962.
Di Lam-Lam, pasukan ini melanjutkan perjuangan mereka dengan mendidik penduduk lokal tentang nasionalisme dan berkomunikasi dengan PBB.
Setelah perjanjian damai dan penyerahan Irian Barat kepada Indonesia pada 1 Mei 1963, Irian Barat resmi menjadi provinsi Indonesia, yang kini dikenal sebagai Papua.
Peran Kapten Jongkhy Kumontoy dan Pasukan PG-500 dalam operasi ini menjadi bagian dari sejarah heroik pembebasan Irian Barat.
Tulisan oleh Drs. Valry S.H. Prang
Referensi:
– “Indonesia and the U.S.S.R”, The Sydney Morning Herald, 1965.
– “Kisah Heroik Merebut Irian Barat”, TNI.
– Saltford, John Francis. “UNTEA and UNRWI: United Nations Involvement in West New Guinea During the 1960’s”.
Ditulis oleh