Letnan Kolonel Infanteri (Purn.) Daniel Julius Somba (26 Juli 1920 – 12 November 1983) adalah seorang tokoh militer Indonesia yang dikenal sebagai salah satu pemimpin utama dalam pemberontakan Permesta di Sulawesi.
Sebagai perwira tinggi, Somba pernah menjabat sebagai Panglima dan Gubernur Militer Komando Daerah Militer Sulawesi Utara-Tengah (KDM-SUT) serta Komandan Resimen Infanteri RI-29.
Ia memainkan peran penting dalam awal pemberontakan Permesta, termasuk dalam keputusan memutus hubungan dengan Pemerintahan Soekarno di Jakarta, yang akhirnya memicu perintah penangkapan terhadap dirinya oleh pemerintah pusat.
Identitas dan Latar Belakang
- Nama Lengkap: Daniel Julius Somba
- Nama Populer: Joes (Yus) Somba
- Pangkat: Letnan Kolonel Infanteri TNI (Purn.) / Kolonel Permesta
- Tempat dan Tanggal Lahir: Jawa Tengah, 26 Juli 1923
- Asal Daerah: Lahendong/Tomohon, Minahasa
- Pendidikan Umum:
- Holland Inlandsche School (HIS)
- Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)
- Pendidikan Militer:
- Pembela Tanah Air (PETA) – Zaman Jepang
- Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD)
- Kehidupan Pribadi: Menikah dua kali, dengan istri pertama berasal dari Jawa.
Karier Militer dan Peran di Permesta
Pra Kemerdekaan dan Awal Karier Militer
Somba memulai karier militernya sebagai anggota Pembela Tanah Air (PETA) di bawah pendudukan Jepang.
Setelah kemerdekaan, ia menjadi anggota Divisi VI Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) di Jawa Timur dan berlanjut sebagai Komandan Kompi I Batalyon Worang/Brigade XVI pada 1949.
Jabatan Militer Sebelum Permesta
- Komandan Batalyon 702 di Makassar (1951–1952).
- Komandan Batalyon 707 di Ambon (1953).
- Lulus dari Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD) pada 1955.
- Asisten II Personalia di Teritorium VII Wirabuana, Indonesia Timur (1955).
- Komandan Resimen Infanteri 24 (RI-24) di Manado (1956).
- Kepala Staf KDM-SUT, kemudian Gubernur Militer KDM-SUT (1957).
Peran Kunci dalam Permesta
Pada 17 Februari 1958, di sebuah rapat besar di Universitas Permesta, Manado, Letkol Somba secara resmi mengumumkan pemutusan hubungan antara Permesta dan pemerintah pusat Jakarta.
Dalam pidatonya, ia menyatakan bahwa rakyat dan militer Sulawesi Utara-Tengah mendukung sepenuhnya PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) di Sumatra dan memutuskan hubungan dengan kabinet Djuanda.
Deklarasi tersebut disambut dengan sorak-sorai oleh para hadirin. Rapat tersebut menghasilkan teks resmi pemutusan hubungan dengan pemerintah pusat, yang kemudian dibacakan oleh Somba di depan publik dalam pertemuan besar di Lapangan Sario, Manado.
Isi deklarasi berbunyi:
“Rakyat Sulutteng termasuk militer solider pada keputusan PRRI dan memutuskan hubungan dengan Pemerintah RI.”
Setelah deklarasi, Somba dan tokoh lainnya termasuk Mayor Dolf Runturambi membacakan teks tersebut dalam siaran RRI Manado. Keputusan ini menyebabkan pemerintah pusat menetapkan Somba dan para pemimpin Permesta lainnya sebagai buronan.
Keterlibatan dalam Permesta
Selama pemberontakan, Somba memegang sejumlah posisi strategis:
- Komandan KDM-SUT dan Komando Daerah Pertempuran II (KDP-II) di Minahasa.
- Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Revolusioner (ADREV).
- Pemimpin Angkatan Perang Permesta di bawah Alex Kawilarang (1960).
Namun, gerakan ini mengalami kemunduran akibat lemahnya dukungan dari Sulawesi Utara dan perpecahan internal. Setelah menerima amnesti dari pemerintah pusat pada 1961, Somba kembali bergabung dengan TNI dengan pangkat Mayor.
Akhir Karier
Pada tahun 1971–1972, Somba bekerja di Staf Badan Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN) dengan pangkat Letkol. Ia menghabiskan sisa hidupnya dalam masa pensiun sebelum meninggal dunia pada 12 November 1983.
Pentingnya Peran Somba dalam Sejarah Indonesia
Daniel Julius Somba adalah figur kunci dalam pemberontakan PRRI/Permesta, yang mencerminkan dinamika politik dan militer Indonesia di era pasca-kemerdekaan. Meski gerakan tersebut gagal, kiprahnya memberikan pandangan tentang konflik pusat-daerah dan ketegangan dalam membangun kesatuan nasional.
*sumber Tribun Manado dan Wikipedia