Lukas Montong: Penginjil Minahasa di Kalimantan (1835)

Lukas Montong, seorang pemuda Kristen asal Manado, menjadi bagian penting dalam sejarah penyebaran Injil di Kalimantan pada abad ke-19.

Dalam beberapa referensi, namanya juga disebut sebagai “Lukas Monton,” meskipun kemungkinan besar maksudnya adalah Montong.

Informasi ini berasal dari catatan Pdt. Dr. Marko Mahin, seorang antropolog Kalimantan Tengah, yang pernah menulis tentang Lukas dalam sebuah unggahan media sosial.

 

Perjalanan Bersama Johann Heinrich Barnstein

 

Pada tahun 1835, Lukas Montong bergabung dengan Johann Heinrich Barnstein, misionaris pertama dari Rheinische Missionsgesellschaft (RMG), sebuah organisasi misionaris besar asal Jerman.

Barnstein diutus untuk menyebarkan Injil di wilayah Kalimantan.

 

Mereka memulai perjalanan dari Batavia (sekarang Jakarta) pada 11 Mei 1835, dan tiba di Banjarmasin pada 26 Juni 1835, setelah menghadapi perjalanan laut selama 44 hari di tengah gelombang Laut Jawa.

Dari Banjarmasin, mereka melanjutkan misi mereka ke pedalaman Kalimantan, menyusuri sungai-sungai dengan menggunakan perahu yang didayung oleh belasan pria Tionghoa setempat.

 

Peran Lukas Montong

 

Lukas Montong berperan penting sebagai pendamping Barnstein. Kemungkinan besar, ia adalah seorang penerjemah yang menguasai bahasa Melayu dan Tiongkok.

Keahliannya dalam bahasa Tiongkok didapatkan saat ia bekerja bersama Walter Henry Medhurst, seorang misionaris asal Inggris dari London Missionary Society (LMS).

 

Medhurst sendiri berkarya di Batavia selama 21 tahun sebelum akhirnya berangkat ke Tiongkok pada tahun 1842. Selama masa itu, Medhurst mendirikan London Missionary Society Press, sebuah lembaga percetakan Injil di Tiongkok. Keberadaan Lukas di sekitar Medhurst saat itu memungkinkan ia memperoleh keterampilan berbahasa Tiongkok, yang kemudian sangat berguna dalam mendukung misi Barnstein.

 

Kerjasama dengan Walter Henry Medhurst

Selain bekerja bersama Barnstein, Lukas juga disebut memiliki hubungan kerja dengan Walter Henry Medhurst. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa Lukas memiliki peran strategis dalam menjembatani misi penyebaran Injil ke berbagai komunitas, baik lokal maupun yang berbahasa Tiongkok.

 

Namun, setelah keberangkatan Medhurst ke Tiongkok pada tahun 1842, tidak ada lagi catatan yang jelas mengenai keberadaan Lukas Montong. Hal ini menimbulkan tanda tanya tentang bagaimana perjalanan hidupnya setelah masa-masa tersebut.

 

Jejak Sejarah dalam Seni

Sebuah lukisan karya George Baxter pada tahun 1845 menggambarkan percakapan antara Walter Henry Medhurst dengan Choo Tih Lang, seorang tokoh penting dalam perjalanan misi tersebut.

Menariknya, dalam lukisan itu terdapat sosok seorang pemuda Melayu yang mungkin merujuk pada figur seperti Lukas Montong.

 

Lukas Montong adalah bukti nyata kontribusi pemuda pribumi dalam mendukung misi Injil di Indonesia.

Dengan kemampuannya dalam bahasa dan dedikasinya pada misi, ia menjadi bagian penting dalam sejarah penyebaran agama Kristen di Kalimantan.

Meski kisahnya berakhir dengan misteri, kontribusinya tetap layak dikenang sebagai salah satu penginjil awal dari Minahasa.

*Disadur dari tulisan Walanda Toar

Tinggalkan Balasan