Asal Usul Nama Kinaskas
Dahulu kala, di sebuah tempat yang kini dikenal sebagai Kakaskasen, tumbuh pohon-pohon besar yang rapat dan menjulang tinggi.
Suatu hari, seorang lelaki memutuskan untuk menebang kayu di sana menggunakan kapak sederhana.
Namun, di tengah usahanya, kapaknya terlepas dari gagangnya dan hilang di tumpukan dedaunan kering.
Dengan penuh semangat, ia menggaruk-garuk tanah untuk menemukan kapaknya.
Namun, alih-alih kapak, yang muncul adalah aliran air yang deras dan jernih. Tempat itu berubah menjadi mata air yang menghidupi banyak orang. Masyarakat sekitar menamainya Kinaskas, yang bermakna “hasil dari garukan.”
Kisah ini bukan sekadar dongeng, tetapi menjadi cikal bakal berdirinya sebuah pemukiman yang tumbuh dan berkembang di bawah naungan Gunung Lokon.
Transformasi Kinaskas Menjadi Kakaskasen
Perubahan nama terjadi pada masa kolonial Belanda, ketika seorang residen bernama Jellesma datang ke daerah itu.
Dengan tujuan mempermudah pengucapan dalam dialek Belanda, ia mengubah beberapa nama tempat, termasuk Kinaskas yang menjadi Kakaskasen.
Perubahan serupa juga terjadi pada wilayah lain, seperti:
– Tou Moung menjadi Tomohon
– Tou Lour menjadi Tondano
– Wolo menjadi Woloan
Meskipun nama berubah, kisah dan semangat masyarakatnya tetap hidup, mewarisi tradisi yang kaya hingga generasi kini.
Pemimpin Kakaskasen: Dari Kepala Witi ke Kepala Desa
Kakaskasen memiliki sejarah panjang dalam pemerintahan.
Sejak abad ke-17, para pemimpin dikenal sebagai “Kepala Witi,” yang memimpin masyarakat dengan kearifan lokal.
Berikut nama-nama pemimpin penting dalam sejarah Kakaskasen:
Kepala Witi Kinaskas (1670–1856)
1. Kalalo (1670–1700)
2. Sulu (1700–1730)
3. Parengkuan (1730–1760)
4. Mainalo P. Sangian (1760–1790)
5. Pangemanan (1790–1820)
6. Kawengian Lasut (1820–1856)
Kepala Desa Kakaskasen (1856–1978)
1. Andrianus Kaunang (1856–1863)
2. Jan Lasut (1863–1865)
*daftar lengkap melanjutkan sebagaimana dalam catatan sejarah
Mencari Jejak Tahun Berdirinya Kakaskasen
Pada tahun 2014, sebuah seminar sejarah diadakan untuk menelusuri tahun berdirinya Kakaskasen. Tiga opsi tahun yang direkomendasikan adalah:
1. Sebelum tahun 1300
2. Tahun 1619
3. Tahun 1700
Namun, hingga kini belum ada keputusan resmi.
Banyak narasumber berpendapat bahwa Kakaskasen dan Kinilow berdiri lebih awal dibandingkan Wenang (Manado), yang didirikan oleh Dotu Lolong Lasut, tokoh dari Toumbulu yang bermigrasi dari Mayesu, kaki Gunung Lokon.
Seminar Sejarah: Melestarikan Warisan Kakaskasen
Seminar ini melibatkan beberapa tokoh penting, antara lain:
– Pst. Dr. Cardo Renwarin, Pr (Sejarawan Minahasa, lulusan Leiden University, Belanda)
– Judie Turambi, SH (Pemerhati Budaya)
– Pdt. Prof. Dr. W.A. Roeroe (Budayawan)
Melalui seminar ini, masyarakat diajak untuk mengenang dan menghargai perjalanan panjang sejarah Kakaskasen, yang tidak hanya kaya akan cerita, tetapi juga menjadi saksi bisu perjuangan dan kebangkitan masyarakat Minahasa.
Kakaskasen: Dari Masa Lalu Menuju Masa Depan
Sejarah Kakaskasen adalah cerminan betapa eratnya hubungan masyarakat dengan alam dan tradisi.
Mata air yang dahulu muncul dari garukan sederhana kini menjadi simbol kehidupan, sementara perubahan nama dari Kinaskas ke Kakaskasen menegaskan bahwa setiap perubahan adalah bagian dari perjalanan yang lebih besar.
Mari terus merawat dan membanggakan warisan leluhur ini, agar cerita tentang Kakaskasen tidak hanya menjadi kenangan, tetapi juga inspirasi bagi generasi mendatang.
*Dari berbagai sumber