Jeanne Mandagi, Jenderal Wanita Pertama

Tokoh Masyarakat265 Dilihat

Kehidupan Awal dan Pendidikan

Jeanne Mandagi, wanita tangguh yang menjadi pelopor bagi polisi wanita (Polwan) di Indonesia, lahir pada 2 April 1937 di Manado, Sulawesi Utara.

Ia menempuh pendidikan dasar hingga sekolah menengah pertama di Manado, sebelum melanjutkan pendidikannya di SMA Santa Ursula, Jakarta.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, Jeanne melanjutkan studi ke Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) dan berhasil meraih gelar sarjana pada tahun 1963. Semasa kuliah, ia aktif dalam organisasi Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), yang membentuk jiwa kepemimpinannya sejak dini.

 

Karier di Kepolisian

Usai lulus dari UI, Jeanne Mandagi memutuskan untuk mengabdi di Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Ia resmi bergabung menjadi Polisi Wanita (Polwan) pada 1 Desember 1965.

Keputusannya untuk bergabung di Polri membuka jalan bagi dirinya untuk menjadi tokoh wanita yang dihormati di lingkungan kepolisian.

Jeanne Mandagi memilih fokus di bidang pencegahan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba).

Minatnya yang besar dalam memberantas narkoba mendorongnya mengikuti berbagai pelatihan dan kursus. Pada tahun 1974, ia mengikuti kursus United Nations Regional Course on the Control of Narcotics.

 

Setahun kemudian, ia memperdalam pengetahuannya dengan mengikuti kursus penegakan hukum narkoba (drug law enforcement) di Washington, Amerika Serikat.

Setelah menyelesaikan pelatihan tersebut, Jeanne kembali ke Markas Besar Polri dan bergabung di bagian Reserse Narkoba pada tahun 1976. Upaya dan keahliannya dalam pemberantasan narkoba semakin terlihat.

 

Pada tahun 1980, ia lulus dari Sekolah Staf dan Komando Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Sesko ABRI) dan meraih pangkat Kolonel Polisi (tiga bunga melati).

 

Peran di Kancah Regional dan Internasional

Peran Jeanne Mandagi dalam upaya pemberantasan narkoba tidak hanya berdampak di Indonesia, tetapi juga di kawasan Asia Tenggara.

Pada tahun 1985, ia dipercaya menjadi Narcotics Desk Officer ASEAN. Buah pemikirannya dalam pencegahan, pemberantasan, dan rehabilitasi penyalahgunaan narkoba diadopsi sebagai roadmap regional dalam penanganan kasus narkoba.

Jeanne Mandagi dikenal dengan prinsip tegasnya, “Wanita jangan cuma menjadi bunga penghias ruangan kerja saja.”

 

Prinsip ini menjadi inspirasi bagi banyak Polwan di Indonesia untuk meraih prestasi setinggi-tingginya.

 

 

Wanita Pertama Bergelar Jenderal di Polri

 

Puncak karier Jeanne Mandagi di Polri terjadi pada tahun 1991, saat ia berhasil meraih pangkat Brigadir Jenderal Polisi (Brigjen Pol).

Ia menjadi wanita pertama di Indonesia yang menyandang pangkat jenderal di tubuh Polri.

Capaian ini membuatnya dikenal sebagai pionir yang membuka jalan bagi polisi wanita lainnya.

Sebagai jenderal wanita pertama, Jeanne Mandagi menjadi panutan dan inspirasi bagi banyak Polwan di Indonesia.

Berkat jejak yang ditinggalkannya, saat ini Polri memiliki beberapa Polwan bergelar jenderal, di antaranya Irjen Pol Sri Handayani, Brigjen Pol Apriastini Bakti Bugiansri, Brigjen Pol Juansih, dan Brigjen Pol Ida Oetari.

 

Jabatan Strategis di Polri

 

Pada tahun 1989, Jeanne Mandagi dipercaya memegang jabatan penting sebagai Kepala Divisi Penerangan (Divisi Humas) Polri. Ia memegang jabatan tersebut hingga tahun 1992, menjelang masa purnabaktinya.

Sebagai Kepala Divisi Humas, ia bertugas mengelola komunikasi dan informasi strategis di lingkungan Polri, sekaligus menjadi jembatan komunikasi antara Polri dan masyarakat.

 

Masa Pensiun dan Pengabdian Pasca Polri

 

Setelah pensiun dari Polri, Jeanne Mandagi tidak serta-merta berhenti mengabdi.

Ia tetap berkontribusi dalam upaya pemberantasan narkoba di Indonesia.

Ia ditunjuk sebagai penasihat ahli Kapolri dan juga menjadi Koordinator Ahli di Badan Narkotika Nasional (BNN).

 

Perannya dalam memberantas narkoba tidak hanya berada di ranah kebijakan, tetapi juga dalam tindakan nyata di lapangan.

Ia juga mendirikan Yayasan Permadi Siwi, sebuah lembaga yang fokus pada rehabilitasi pecandu narkotika.

 

Yayasan ini berperan besar dalam membantu korban penyalahgunaan narkoba agar bisa pulih dan kembali berfungsi dalam masyarakat.

Jeanne Mandagi pun memimpin Asosiasi Purnawirawan Penegak Hukum Anti Narkotika Indonesia (AP2ANI).

 

 

Akhir Hayat dan Warisan

 

Jeanne Mandagi wafat pada 7 April 2017 dalam usia 80 tahun. Ia dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Kepergiannya meninggalkan duka mendalam, tetapi juga warisan besar bagi Polri, Polwan, dan masyarakat Indonesia.

Jeanne Mandagi dikenang sebagai pendekar melawan narkoba. Tidak hanya berfokus pada pemberantasan, ia juga berperan besar dalam upaya pencegahan dan rehabilitasi.

 

Sebagai wanita pertama di Polri yang berhasil mencapai pangkat jenderal, Jeanne Mandagi menjadi simbol tekad, kegigihan, dan loyalitas. Namanya bahkan diabadikan sebagai nama mess Polwan di Sumatera Selatan.

 

Jeanne Mandagi adalah bukti nyata bahwa perempuan bisa meraih posisi puncak di institusi yang didominasi laki-laki.

 

Sebagai jenderal wanita pertama di Polri, ia membuka jalan bagi banyak Polwan lainnya untuk menggapai puncak karier di lembaga kepolisian.

Di sisi lain, perannya dalam pemberantasan narkoba, baik di tingkat nasional maupun regional, telah meninggalkan jejak yang tak terlupakan.

Jeanne Mandagi adalah inspirasi bagi generasi muda, terutama para perempuan, untuk berjuang, berkarya, dan mengabdi kepada bangsa dan negara.

Tinggalkan Balasan