Bagaimana Mencari Informasi/Gambar/Foto
(Termasuk tautan yang bermanfaat)
Saya tertarik dengan sejarah, khususnya Indonesia, lebih tepatnya Minahasa. Tetapi saya juga tertarik pada: Musik, Teknologi, kemajuan, alam semesta, komputer, agama-agama dunia, psikologi, pengembangan diri dan terutama pada manusia. Singkatnya, saya hanya memiliki banyak minat dan ingin tahu segalanya.
Itu sebabnya saya punya banyak pertanyaan. Saya ingin tahu “Bagaimana, Untuk Apa dan Mengapa” dari segala sesuatu di sekitar saya. Dulu saya beli banyak buku. Saya beruntung ibu saya juga tertarik pada segala hal dan memiliki banyak ensiklopedia dan buku.
Saya juga belajar banyak dari gambar. Sayangnya, dompet saya tidak selalu cukup untuk membeli buku-buku yang ingin saya baca. Selama bertahun-tahun saya telah membeli dinding penuh buku, yang juga menghilang dengan semua perjalanan dan gerakan dalam hidup saya. Saya pernah menghitung bahwa saya tinggal di 44 lokasi selama lebih dari 6 bulan sejak lahir hingga ulang tahun ke-60. Untungnya, sekarang ada internet.
Saya pikir saya mewarisi rasa ingin tahu saya dari ibu saya. Ibu saya berasal dari Minahasa, yang banyak diceritakannya kepada saya, tentang ayahnya (Hukum Besar Amurang, kepala daerah), tentang kehidupannya ketika masih muda. Dia menyadarkan saya tentang asal usul saya dengan bercerita banyak tentang sejarah Minahasa dan tentang penduduknya. Sebagai seorang anak kecil saya terpaku pada bibirnya ketika dia cerita.
Dia bercerita tentang kebiasaan dan rumah tangga orang Minahasa. Yang selalu melekat adalah: saya harus bangga dengan asal usul saya karena banyak hikmah tersirat di dalamnya.
“Si Tou Timou Tu Mou Tou”, adalah semboyan orang Minahasa, artinya: “Manusia Hidup Untuk Mendidik Orang Lain”. Juga: “I Yayat U Santi”, berarti: “Angkat Pedang”, diterjemahkan secara longgar “Jangan Menyerah”, dan: “Mapalus”, sesuatu seperti “Gotong Royong” di Jawa, “Bersama-sama melakukan pekerjaan besar sebagai sebuah komunitas”. Semua ini mengarah pada menjadi dan tetap BERSATU di sebuah komunitas. Dari situlah nama Minahasa berasal. Itu berasal dari pepatah Mina’Esa. “Kesatuan dalam Kebersamaan”.
Pada awalnya, tanah tempat Minahasa sekarang terdiri dari banyak kelompok-kelompok kecil manusia.
Kelompok-kelompok ini terutama tinggal di pegunungan, karena pantai tidak aman dari bajak laut dan serbuan dari luar. Kelompok-kelompok ini tinggal di dusun-dusun kecil yang disebut “Wanua” (dari bahasa Proto Melayu atau bahasa Melayu saat itu). Setiap kelompok mengurus dirinya sendiri. Keluarga-keluarga tinggal bersama di rumah-rumah besar di atas panggung untuk menjauhkan musuh dan binatang liar. Pada malam hari tangga diangkat naik ke atas.
Kakek saya, Hukum Besar di Amurang, menceritakan ada sesaat kepala musuh dipenggal dan dipasangi tiang di sekeliling wanua untuk memberi tahu para penyusup: “Awas, ini yang kami lakukan padamu!”
Karena semakin banyak musuh datang dari luar, pernah ada seorang pemimpin yang memanggil semua kelompok yang berbeda bersama-sama. Dia adalah orang pertama yang memanggil berbagai wanua bersama-sama dan ia menjadikan mereka bersatu.
Mereka bertemu di sebuah batu besar, yang sekarang dikenal sebagai Watu Pinawetengan. Pemimpin itu disebut Muntu Untu, bentuk pemimpin tertinggi. Mereka sepakat bahwa mereka semua akan tetap independen satu sama lain, tetapi jika penjajah luar datang, mereka akan berkumpul dan bertarung sebagai sebuah persatuan. Hanya pada saat dibutuhkan mereka akan bersatu. Bhinneka Tunggal Ika, Mina Esa. Mereka menyebut diri mereka Kawanua, “Penghuni negeri yang sama, Mina Esa”.
Itulah sebabnya orang Minahasa tidak pernah memiliki raja, seperti di pulau-pulau lain di Indonesia misalnya. Orang Minahasa ingin bekerja sama, tetapi tidak mau diperintah. Bahkan ketika Belanda datang mereka tidak pernah tertindas, mereka bekerja sama. Itulah sebabnya sejak awal Minahasa dikenal sebagai Provinsi ke-13 Belanda.
Saya dibesarkan dengan cerita-cerita itu dan saya bangga jadi keturunannya. Itulah yang selalu saya coba fokuskan dalam hidup saya. Si Tou Timou Tumou Tou dan I Yayat U Santi!
Pakatuan Wo Pakalawiren. (Panjang umur dalam keadaan sehat dan damai)
Ini adalah pembukaan mengapa saya menulis artikel ini.
Alasan Menulis Artikel Ini
Karena saya sadar bahwa tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama, dan karena saya melihat banyak anak muda yang tertarik dengan asal mereka, tetapi sering tidak tahu bagaimana cara mengetahuinya, saya memutuskan untuk mencoba memberi mereka kesempatan itu.
Saya berharap itu dalam jangkauan saya. Untungnya, internet datang untuk menyelamatkan dalam pencarian itu.