I Yayat U Santi! adalah seruan yang telah lama menggema di tanah Minahasa. Ungkapan yang kini sering terlihat pada lambang-lambang Minahasa ini memiliki makna yang mendalam, baik dalam sejarah maupun relevansinya di masa kini.
Secara harfiah, “I Yayat U Santi!” berarti:
Angkatlah dan Acung-Acungkanlah Pedang (Mu) Itu!
Ungkapan ini dulunya merupakan seruan perang yang diteriakkan oleh para waranei—anggota kabasaran, penari pedang tradisional Minahasa—ketika berhadapan dengan musuh. Seruan ini bukan sekadar perintah, tetapi juga panggilan untuk membangkitkan keberanian, semangat juang, dan menghalau rasa takut.
Dalam tradisi, seruan ini diiringi oleh gerakan tegas.
Para waranei akan mengangkat tangan dengan kepalan, menyerukan kalimat tersebut dengan lantang. Rekan-rekan mereka atau para hadirin akan merespons dengan sorakan, seperti Uhuuy! atau Tentu itu!, yang berarti setuju atau mendukung.
Namun, “I Yayat U Santi!” bukan hanya seruan perang dalam arti fisik.
Bagi para pemimpin masyarakat Minahasa, ungkapan ini adalah panggilan untuk bersatu, bekerja bersama, dan berjuang dengan tekad bulat demi kehidupan yang lebih baik.
Makna I Yayat U Santi! di Masa Kini
Di era modern, pedang dalam seruan ini tak lagi hanya berarti senjata fisik. “Santi” kini dimaknai sebagai simbol kecakapan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan hikmat—alat-alat yang diperlukan untuk menghadapi tantangan zaman, seperti kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, dan berbagai ancaman kehidupan lainnya.
Seruan ini mengingatkan bahwa perjuangan kita hari ini adalah melawan segala hal yang menghambat kemajuan dan kesejahteraan.
Dengan semangat kebersamaan dan tekad kuat, tantangan sebesar apa pun dapat diatasi demi masa depan yang lebih baik bagi anak cucu.
Dalam konteks iman, seperti dijelaskan oleh Pdt. Dr. W.A. Roeroe, “I Yayat U Santi!” juga melambangkan keberanian untuk menghadapi kuasa-kuasa maut, dengan keyakinan bahwa kemenangan telah dijanjikan melalui kebangkitan Kristus.
Panggilan untuk Bersama
Seruan I Yayat U Santi! dan respons Uhuuy! adalah ajakan untuk bergerak bersama, menghadapi segala rintangan dengan semangat pantang mundur.
Ini adalah warisan budaya Minahasa yang relevan hingga kini, sebagai pengingat bahwa dengan persatuan dan keberanian, kehidupan yang lebih baik dapat diraih.
Marilah kita menghidupkan kembali semangat ini, menjadikannya inspirasi untuk menghadapi tantangan masa kini, demi kesejahteraan dan keberlanjutan generasi mendatang.
*Disadur dari tulisan Roderick C Wahr