Awalnya, pemukiman Patumpaan didirikan oleh Dotu Roring, seorang tokoh yang dikenal sebagai Tumanik in Doong in Patumpaan (pendiri Kampung Patumpaan).
Bersama dengan Dotu Karengis dan Dotu Tangkere, Dotu Roring memimpin komunitas ini dalam melawan serangan orang-orang Mindanao yang sering mengancam keselamatan penduduk.
Berkat kerja sama dan keberanian ketiga Dotu tersebut, serangan-serangan berhasil dilumpuhkan, sehingga kampung Patumpaan menjadi tempat yang aman dan damai untuk dihuni.
Pemukiman yang Berkembang Pesat
Seiring berjalannya waktu, pemukiman Patumpaan berkembang menjadi bandar yang ramai.
Kegiatan ekonomi seperti jual beli, barter, menangkap ikan, bertani, dan berkebun menjadi penggerak utama kehidupan masyarakat.
Sebagian penduduk memilih menjadi nelayan di pesisir, sementara lainnya mengelola kebun dan sawah.
Dalam sebuah musyawarah besar, masyarakat sepakat untuk mengangkat seorang kepala kampung atau Tonaas. Dengan terbentuknya sistem pemerintahan sederhana, kehidupan sosial dan ekonomi semakin terorganisasi.
Kehadiran Bangsa Asing
Patumpaan menarik perhatian bangsa asing seperti Portugis dan Spanyol.
Mereka menetap di pesisir Patumpaan dan meninggalkan jejak sejarah, termasuk benteng peninggalan Portugis di sebelah utara kampung, dekat bekas tempat pelelangan ikan.
Bangsa Portugis dan Spanyol juga memperkenalkan penanaman kopi kepada penduduk setempat.
Di bawah arahan kepala kampung/Tonaas, penduduk mulai menanam kopi di kebun yang terletak sekitar 3 km di sebelah timur kampung, menyusuri Sungai Sosongian.
Setelah bangsa asing meninggalkan Patumpaan, perhatian terhadap tanaman kopi mulai berkurang, dan lokasi itu dikenal sebagai Pakopian untuk mengenang sejarah tersebut.
Pohon Kelapa dan Identitas Baru
Lama-kelamaan, penduduk Patumpaan lebih memilih menanam pohon kelapa sebagai sumber utama mata pencaharian. Kelapa menjadi komoditas utama yang mendukung perekonomian masyarakat hingga kini.
Pada tahun 1800, nama kampung Pakatumpaan disempurnakan menjadi Tumpaan sesuai perkembangan bahasa.
Sebutan untuk pemimpin kampung pun mengalami perubahan, dari Tonaas menjadi Hukum Tua, seiring dengan modernisasi sistem pemerintahan.
Warisan Sejarah
Tumpaan hingga kini dikenal sebagai kampung yang kaya akan sejarah, mulai dari perjuangan melawan serangan Mindanao, pengaruh bangsa asing, hingga pengenalan komoditas seperti kopi dan kelapa.
Perubahan nama dari Patumpaan menjadi Tumpaan menjadi simbol adaptasi dan kemajuan masyarakat setempat.
Jejak peninggalan seperti benteng Portugis dan nama-nama tempat seperti Pakopian menjadi saksi bisu perjalanan panjang kampung ini menuju kemakmuran dan stabilitas.
Tumpaan kini berdiri sebagai warisan hidup dari keberanian dan kerja sama masyarakatnya di masa lalu.
Disadur dari tulisan A.M Kawatu – Kepala Sekolah SD Inpres Tumpaan Satu (1988)