Sejarah Desa Pinapalangkow atau Kalewo’an Minahasa

Desa, Profil313 Dilihat

Desa Pinapalangkow terletak di distrik Sondér dan didirikan oleh Wumbene, seorang anak dari Silap dan Licep.

Awalnya, Wumbene tinggal di Sondér.

Suatu hari, ia memutuskan untuk menjelajahi hutan yang lebih dalam.

Dalam penjelajahannya, Wumbene menemukan sebuah dataran yang dianggapnya cocok untuk pemukiman baru.

Setelah kembali ke Sondér, Wumbene mengajak beberapa temannya untuk mendirikan desa di dataran tersebut. Namun, dalam perjalanan menuju lokasi yang dimaksud, mereka tersesat.

Alih-alih menemukan dataran itu kembali, mereka justru melihat sebuah dataran di sebelah selatan aliran air yang mengalir ke Kapoya.

Di sanalah mereka akhirnya mendirikan pemukiman yang disebut “Pinapalangkow” atau “Kalewo’an”.

Asal Usul Nama Kalewo’an

 

Nama Kalewo’an memiliki makna yang unik. Saat Wumbene dan rombongannya tersesat, mereka sebenarnya sedang menuju tempat yang kini dikenal sebagai Kapoya.

Setelah bertemu dengan Langkun, Wumbene menceritakan pengalamannya tersesat di wilayah tersebut.

Langkun kemudian berkata, “Baiklah kawan, aku akan menamakan tempat ini Kalewo’an, karena kamu baru saja turun ke suatu tempat yang salah, sehingga ini bisa disebut ‘tanah yang hilang’ (kalewo’an).”

Dari sinilah nama “Kalewo’an” berasal.

Legenda Makaren dan Watu Pinapa’i Langkow

 

Pada suatu waktu, datang seorang pemburu bernama Makarende dari Rumoong Atas.

Ia melakukan perburuan di selatan Pegunungan Tareran, menyusuri aliran sungai ke arah barat hingga tiba di sungai Kekelor.

Di sekitar aliran sungai, ia menemukan sekelompok orang yang sedang menanam padi.

Cara mereka menanam padi adalah dengan menusukkan tombak ke tanah untuk meletakkan bibit padi di dalamnya.

Saat perburuan berlangsung, anjing-anjing besar milik Makarende mengejar seekor hewan besar.

 

Mereka mengepung hewan tersebut di sekitar pertemuan sungai Këkelor dan Sapalaloem.

Bersama anjing-anjingnya, Makarende mengejar dan berusaha menangkap hewan tersebut, yang ternyata adalah seekor Anoa.

Namun, sebelum berhasil ditangkap, Anoa tersebut tiba-tiba berubah menjadi batu besar. Batu ini kemudian dikenal dengan nama “Watu Pinapa’i Langkow”.

Makna Nama Pinapalangkow dan Kekelor

 

Nama Pinapalangkow diyakini berasal dari peristiwa munculnya langkow (hewan yang dikejar) di sekitar pemukiman tersebut.

 

Sementara itu, nama “Kekelor” merujuk pada sungai tempat perburuan tersebut terjadi. Cerita ini juga menjelaskan mengapa jejak kaki orang-orang yang berburu Anoa masih terlihat di batu datar di selatan lokasi tempat mereka menikam hewan tersebut.

Sejarah Desa Pinapalangkow penuh dengan unsur mitos dan cerita rakyat. Nama desa ini, serta nama “Kalewo’an” dan “Kekelor”, memiliki makna simbolis yang terinspirasi dari perjalanan, kesalahan arah, dan peristiwa supranatural.

 

Cerita mengenai Wumbene, Langkun, Makarende, dan Anoa yang berubah menjadi batu memperkaya warisan budaya masyarakat di wilayah tersebut.

 

*Penulis P. Sinjal (1907) disadur dari blog Alffian Walukow

Tinggalkan Balasan