Mayjen Hein Victor Worang, Pahlawan Nasional dari Sulawesi Utara yang Berjasa

Kehidupan Awal dan Karier Militer

Hein Victor Worang, yang akrab disapa “Kembie”, lahir di Tontalete, Tonsea, Minahasa Utara, pada 12 Maret 1919. Ia dikenal sebagai tokoh militer dan politik Indonesia yang memiliki peran besar dalam perjuangan dan pembangunan daerah Sulawesi Utara.

Worang mencatat sejarah sebagai putra Sulawesi Utara pertama yang meraih pangkat Jenderal TNI AD bintang satu pada Januari 1965 dan kemudian bintang dua pada Juli 1971.

 

Dalam dunia militer, Worang telah terlibat dalam berbagai operasi penting. Ia turut serta dalam Pertempuran Surabaya 1945 sebagai Kepala Pasukan II dari PRI Sulawesi (PRISAI).

Namanya semakin dikenal ketika ia memimpin Batalyon Worang dalam sejumlah misi militer besar.

Salah satu momen bersejarah adalah pendaratan pasukan Batalyon Worang di Manado, yang berhasil menguasai wilayah tersebut tanpa perlawanan berarti dari pasukan KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger).

 

Pendaratan Batalyon Worang digambarkan melalui tugu peringatan yang memperlihatkan tujuh prajurit bersenjata.

Ini melambangkan tujuh kompi yang tergabung dalam batalyon tersebut, yaitu Kompi Yuus Somba, Kompi Utu Lalu, Kompi Wim Tenges, Kompi Wuisan, Kompi Andi Odang, Kompi John Ottay, dan Kompi Wim Yoseph (Kompi Markas), dengan Kepala Staf Batalyon Kapten Rory.

 

Batalyon Worang juga dikenal atas peran pentingnya dalam meredam pemberontakan Andi Azis di Makassar.

Meskipun pendaratan awal di Makassar mengalami kendala, pasukan Worang akhirnya berhasil mendarat di Jeneponto.

 

Untuk mengenang momen ini, sebuah monumen pendaratan Batalyon Worang didirikan di perempatan Jalan Belokallong, Jeneponto, pada tahun 1976. Setelah merebut Makassar, Batalyon Worang melanjutkan operasi militer untuk memadamkan pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Ambon.

Dalam operasi ini, mereka berhasil melucuti senjata pasukan yang masih berafiliasi dengan KNIL.

 

Karier Militer dan Jabatan Sipil

Karier militer Worang terus menanjak. Ia diangkat sebagai Komandan Resimen Infanteri (RI)-24 di Manado dan kemudian menjadi Komandan Resimen Infanteri (RI)-6 di Lampung.

Ia juga dipercaya sebagai Perwira Menengah (Pamen) di Sekretariat Pribadi (SPRI) KASAD Jenderal A.H. Nasution dan merangkap sebagai Komandan Korps Markas Staf Angkatan Bersenjata Departemen Pertahanan Keamanan (DanKORMA HANKAM) dengan pangkat Brigadir Jenderal TNI AD pada 1965.

 

Pada tahun 1971, Worang mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Mayor Jenderal TNI AD dan pensiun dari dinas militer pada tahun 1976. Selama periode 1970-1976, ia juga menjabat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR-RI).

 

Gubernur Sulawesi Utara (1967-1978)

 

Setelah berkiprah di dunia militer, Worang dipercaya menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Utara mulai 2 Maret 1967 hingga 21 Juni 1978.

Masa kepemimpinannya berlangsung selama lebih dari satu dekade, yakni 11 tahun 3 bulan.

Salah satu tantangan besar yang dihadapi Worang sebagai gubernur adalah pemulihan pasca-pergolakan Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta), yang pernah mengguncang wilayah tersebut.

 

Worang dikenal sebagai pemimpin yang mampu memulihkan stabilitas keamanan dan ekonomi Sulawesi Utara.

Ia membangun ribuan kilometer jalan aspal, yang memperkuat konektivitas antarwilayah.

 

Sektor perkebunan juga mengalami peningkatan signifikan, terutama pada komoditas cengkih dan kopra, yang menjadi andalan ekonomi masyarakat Sulawesi Utara.

 

Namun, kepemimpinannya tidak lepas dari konflik. Pada 2 September 1968, sekelompok pelopor Corps Tuhanura mencoba menggoyahkan kekuasaannya, tetapi Worang berhasil mempertahankan posisinya.

 

Masa Akhir dan Warisan

Setelah mengakhiri jabatannya sebagai Gubernur Sulawesi Utara, Hein Victor Worang diangkat sebagai Inspektur Jenderal Pembangunan (Irjenbang) di Sekretariat Negara, Bina Graha, Jakarta, di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.

 

Hein Victor Worang wafat pada 3 Februari 1982 di Jakarta. Jenazahnya dimakamkan di kampung halamannya, Tontalete, Minahasa Utara.

Hingga kini, namanya dikenang sebagai sosok pejuang militer, gubernur visioner, dan tokoh pembangunan yang memberikan kontribusi besar bagi Sulawesi Utara dan Indonesia.

Tinggalkan Balasan