Jejak Pemuda Pelopor dari Minahasa
Di balik gemuruh ikrar Sumpah Pemuda 1928, ada sosok-sosok muda yang tak gentar memperjuangkan gagasan besar tentang persatuan Indonesia. Salah satu nama yang layak dikenang adalah Rumondor Cornelis Lefrand Senduk (RCL Senduk).
Seorang dokter, aktivis, dan pejuang kemanusiaan yang turut membidani lahirnya Sumpah Pemuda.
Tidak hanya berjuang di arena pergerakan nasional, RCL Senduk juga meninggalkan jejak besar dalam dunia kesehatan dengan menggagas pembentukan Palang Merah Indonesia (PMI).
Dari Desa Tataaran Menuju STOVIA
RCL Senduk lahir di Desa Tataaran, Minahasa, Sulawesi Utara, pada tahun 1904.
Sejak kecil, ia menunjukkan kecerdasan dan semangat belajar yang luar biasa.
Bakat ini membawanya ke sekolah kedokteran paling bergengsi di masa kolonial Hindia-Belanda, STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) di Batavia (sekarang Jakarta).
Namun, sekolah itu bukan sekadar ruang belajar ilmu kedokteran. Di sinilah, para pemuda dari berbagai daerah Nusantara bertemu dan bertukar pikiran.
Dari tempat ini pula, lahir ide-ide besar yang menjadi bahan bakar perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Di sinilah RCL Senduk bertemu para tokoh muda dari Jawa, Sumatra, dan daerah lainnya, yang kemudian bersama-sama melahirkan Jong Celebes, sebuah organisasi pemuda dari Sulawesi.
Peran dalam Pergerakan Nasional: Ikrar Sumpah Pemuda 1928
Tak banyak yang tahu bahwa RCL Senduk memiliki peran penting dalam Kongres Pemuda II tahun 1928, kongres yang melahirkan Sumpah Pemuda.
Sebagai anggota Jong Celebes, ia ditunjuk menjadi Pembantu III dalam kepanitiaan kongres tersebut.
Meskipun perannya tidak sering disebut dalam buku sejarah sekolah, keterlibatannya di balik layar memiliki makna besar.
Di tengah pertemuan pemuda dari berbagai latar belakang suku dan daerah, RCL Senduk dan rekan-rekannya menyuarakan gagasan penting: bahwa Indonesia harus bersatu. Dari pertemuan inilah lahir ikrar monumental:
- Bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia,
- Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia,
- Berbahasa yang satu, bahasa Indonesia.
Tak hanya aktif dalam Kongres Pemuda, RCL Senduk juga menjadi suara penting dalam organisasi pemuda daerahnya. Ia menulis sebuah artikel berjudul Sepuluh Tahun Perkembangan (1918-1928) yang diterbitkan di Majalah Jong Celebes.
Artikel ini mencatat perkembangan Perhimpunan Pelajar Minahasa (PPM) dan mengulas peran pemuda Sulawesi dalam pergerakan nasional.
Dokter Pejuang: Dari Sukabumi ke Papua
Setelah menyelesaikan studinya di STOVIA, RCL Senduk memilih jalur pengabdian sebagai dokter gigi dan bertugas di Sukabumi.
Namun, panggilan hidupnya tak berhenti di ruang praktik dokter. Sebagai seorang nasionalis, ia terus menyuarakan semangat kemerdekaan.
Keberaniannya ini membuat pemerintah kolonial Belanda gerah.
Akibat aktivitas politiknya, RCL Senduk ditangkap dan diasingkan ke Papua.
Namun, pengasingan ini tidak meredupkan semangat perjuangannya. Sebaliknya, ia semakin teguh dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Gagasan Besar: Rancang Pembentukan Palang Merah Indonesia (PMI)
Tak hanya dikenal sebagai dokter dan pejuang kemerdekaan, RCL Senduk juga meninggalkan warisan penting di bidang kemanusiaan. Pada tahun 1939, ia mulai merancang pembentukan Palang Merah Indonesia (PMI), sebuah lembaga kemanusiaan yang bertugas memberikan pertolongan pada masa darurat, terutama saat terjadi konflik dan bencana.
Meskipun PMI baru resmi berdiri pada 17 September 1945, gagasan awalnya sudah mulai digulirkan oleh RCL Senduk beberapa tahun sebelumnya.
Ia sadar bahwa Indonesia membutuhkan lembaga kemanusiaan yang independen dan berdaya. Upayanya ini turut memperkuat pijakan PMI dalam tugas-tugas kemanusiaannya di masa revolusi dan pasca kemerdekaan.
Jejak Perjuangan yang Abadi
Nama RCL Senduk mungkin tak sepopuler tokoh-tokoh besar lainnya, tetapi jejaknya terpatri dalam dua peristiwa besar: Sumpah Pemuda 1928 dan pembentukan Palang Merah Indonesia.
Ia adalah simbol pemuda intelektual yang tak hanya mengabdi sebagai dokter, tetapi juga bersuara untuk kemanusiaan dan kemerdekaan bangsanya.
Warisan RCL Senduk tidak hanya tercatat dalam lembar sejarah, tetapi juga dalam organisasi PMI yang hingga kini terus menjadi garda terdepan dalam misi kemanusiaan.
Sebagai aktivis, dokter, dan politikus, ia telah menunjukkan bahwa peran pemuda tidak hanya bicara soal ide, tetapi juga aksi nyata.
Inspirasi bagi Generasi Muda Minahasa
Perjuangan RCL Senduk mengajarkan kita bahwa menjadi pemuda berarti memiliki tanggung jawab besar bagi bangsa dan kemanusiaan. Dari seorang pemuda Minahasa, ia melangkah ke panggung nasional, turut melahirkan Sumpah Pemuda, membela kemerdekaan, hingga menggagas Palang Merah Indonesia.
RCL Senduk mengingatkan kita bahwa kemerdekaan dan kemanusiaan tidak bisa dipisahkan.
Ia adalah simbol keteguhan hati, kecerdasan intelektual, dan keberanian untuk melawan ketidakadilan.
Perannya menjadi pengingat bahwa setiap pemuda, di mana pun berada, memiliki peluang besar untuk menjadi pendorong perubahan.
Nama Rumondor Cornelis Lefrand Senduk akan tetap hidup dalam sejarah, tidak hanya sebagai dokter, tetapi sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang menjadi bagian penting dari fondasi kemerdekaan Indonesia dan nilai-nilai kemanusiaan yang kita junjung hingga hari ini.