Jan Timbuleng dan Pasukan Pembela Keadilan: Perseteruan dalam Pemberontakan Permesta di Sulawesi Utara

Jan Timbuleng adalah seorang tokoh penting dalam sejarah pergerakan bersenjata di Sulawesi Utara pada tahun 1950-an.

Dia memimpin Pasukan Pembela Keadilan (PPK), kelompok bersenjata yang muncul sebagai reaksi terhadap ketidakpuasan terhadap situasi politik dan militer pasca-kemerdekaan Indonesia.

Laskar Wanita PPK

 

Pada awalnya, PPK terdiri dari ribuan anggota, meskipun persenjataannya terbatas sehingga mereka tidak terlalu sering menyerang militer atau sipil, sehingga lebih dikenal sebagai gangguan kecil.

Meskipun begitu, TNI terlihat agak membiarkan keberadaan kelompok ini, meski ada bantahan dari pihak TNI dan beberapa anggota PPK.

 

Keberadaan PPK menarik perhatian para perwira militer yang bergabung dengan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) di Sulawesi Utara.

PPK kemudian menjadi sekutu Permesta dan bergabung dengan nama Brigade 999.

 

Pada April 1957, brigade ini terlibat dalam serangan ke Sulawesi Tengah di bawah komando Mayor Daniel Julius Somba.

Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan antara PPK dan Permesta mulai memburuk.

Pada 1959, PPK yang dipimpin oleh Jan Timbuleng menjadi semakin sering terlibat dalam konflik internal dengan Permesta, hingga sempat menculik Kolonel Jacob Frederick Warouw, pemimpin tertinggi Permesta.

 

Puncak perseteruan terjadi pada Oktober 1960, ketika Sumual, salah satu pemimpin Permesta, menangkap Jan Timbuleng dalam sebuah pertemuan yang seharusnya damai.

Timbuleng, yang dikenal dengan kekuatan magisnya, mencoba melarikan diri dan disergap oleh pasukan Sumual, yang menembaknya hingga tewas.

Kepercayaan akan kekebalan Timbuleng terhadap peluru karena kekuatan gaibnya semakin menambah daya tarik terhadap dirinya, meskipun akhirnya terbukti tidak bisa lolos dari serangan.

 

Jan Timbuleng memiliki latar belakang yang rumit, dengan pengaruh yang besar dalam PPK, bahkan lebih besar dari pemimpin PPK yang pertama, No Korompis.

 

Setelah Sam Mangindaan meninggal, Timbuleng melanjutkan kepemimpinan PPK, yang kemudian bergabung dengan Permesta.

Meski demikian, pasukannya juga dikenal sering merampok rakyat, yang menyebabkan antipati terhadap PRRI-Permesta secara keseluruhan.

 

Selain itu, hubungan pribadi antara Timbuleng dan tokoh Permesta Laurens Frits Saerang, karena Timbuleng menikah dengan adik Saerang, juga menjadi faktor penting dalam aliansi tersebut.

 

Jan Timbuleng adalah salah satu sosok yang mencerminkan ketegangan politik dan militer pada masa pasca-kemerdekaan, yang berujung pada pemberontakan dan ketegangan antara kelompok-kelompok bersenjata lokal dengan pemerintah pusat.

*Foto retouch by Romy Toar Nonutu dan Alffian Walukouw

Tinggalkan Balasan