Desa Kapoja/Kapoya menyimpan sejarah yang penuh dengan makna dan warisan budaya.
Dalam sebuah narasi yang dituturkan oleh W. Regar pada tahun 1907, terungkap kisah tentang asal-usul desa ini, dimulai dari silsilah keturunan Asạ dan hubungan spiritual dengan alam serta tradisi masyarakat.
Silsilah Keturunan Asạ
Asạ adalah seorang tokoh yang berasal dari Sonder, pada masa ketika Mamạit menjadi kepala wilayah tersebut. Berikut adalah silsilah keturunannya:
– Asạ memperanakkan Sarajar
– Sarajar memperanakkan Simbar
– Simbar memperanakkan Sondak
– Sondak memperanakkan Pariei
– Pariei dan Su’ot memperanakkan Wolo
Ketika Wolo memeluk agama Kristen, namanya diubah menjadi Dirk Regar.
Dari Dirk Regar inilah kemudian lahir Israel Regar, melanjutkan garis keturunan keluarga ini.
Berdirinya Desa Kapoja
Desa Kapoja terletak di ketinggian 305 meter di atas permukaan laut, lebih dari satu tiang (jarak lokal) ke utara Pinamorangan dan 4 tiang ke timur Toempaan, Teluk Amoerang.
Nama desa ini diambil dari sungai Kapoja yang juga dinamai dari pohon Kakapojan (Saurauja calhthrix).
Pohon ini memiliki peran penting bagi para Walian (tokoh adat), yang menggunakan kayunya untuk membuat api dan alat mendengar suara burung.
Hubungan Spiritual dan Tempat Suci
Kapoja juga dikenal memiliki tempat-tempat suci, di antaranya:
1. Hutan di tepi Sungai Lelema’, dekat Sungai Rerentek, antara Kapoja dan Pinapalangkow.
2. Masambukow, area yang terdapat pohon beringin di sebelah barat kuburan saat ini, yang dikenal sebagai waruga kapoya.
Dua tempat ini dipercaya sebagai tempat tinggal dewa pelindung desa, yaitu Manëmbir dan istrinya Tumimperas.
Menurut kepercayaan, mereka adalah roh yang menjaga harmoni desa namun juga menjadi alasan mengapa masyarakat Kapoja tidak bisa menjadi kaya secara materi.
Dewa lain yang juga dihormati adalah Lumimbawa, yang berperan dalam menjaga keseimbangan spiritual desa.
Proses Pendirian Desa
Desa Kapoja didirikan oleh kelompok masyarakat yang berasal dari Sonder, Roemoöng-atas, dan Pinapalangkow.
Dalam tradisi lokal, setiap perjalanan penting, seperti mendirikan desa, berburu, atau berperang, harus dilakukan di bawah pertanda baik.
Kepercayaan ini menjadi salah satu dasar kuat dalam melaksanakan setiap langkah penting dalam kehidupan masyarakat Kapoja.
Warisan Budaya yang Berharga
Nama-nama tokoh dan dewa yang disebutkan dalam kisah ini memberikan gambaran tentang tradisi dan kepercayaan masyarakat Kapoja pada masa lalu.
Hingga kini, pohon Kakapojan dan waruga menjadi simbol sejarah dan budaya yang terus dihormati.
Kisah yang Disampaikan oleh W. Regar dari Kapoja, Tahun 1907.
*Disadur dari tulisan Alffian Walukow