Usia, Warisan, dan Semangat Abadi
Pada hari Kamis, 23 Juli 2020, Sanggar Seni Tangkasi Bitung merayakan hari jadinya yang ke-37. Selama lebih dari tiga dekade, sanggar ini telah menjadi wadah kreativitas dan pendidikan seni bagi ribuan anggotanya. Berbagai kegiatan diadakan untuk memperingati ulang tahunnya, seperti lomba baca puisi, menyanyi lagu karya Leonardo Axsel Galatang, aksi teaterikal, seminar teater daring, hingga pentas seni yang disiarkan melalui Tangkasi TV.
Sejarah Awal yang Penuh Perjuangan
Sanggar Seni Tangkasi lahir dari sebuah ide besar yang digagas oleh Leonardo Axsel Galatang. Bermula pada 22 Mei 1983 di rumah Dawin Bulahari, ide ini awalnya hanya berupa rencana membentuk kelompok Teater dan Pecinta Sastra.
Dukungan perlahan datang dari teman-temannya, seperti Semuel Muhaling, yang bersama Leonardo merekrut anggota dari kalangan siswa SMA Negeri 458 Bitung (sekarang SMA Negeri 2 Bitung).
Hasilnya, pada 23 Juli 1983, kelompok ini resmi berdiri dengan nama Teater Repsas ’83 (Remaja Pecinta Sastra ’83). Sejak itu, mereka aktif dalam berbagai kegiatan seni, mulai dari perlombaan baca puisi hingga pementasan musikalisasi puisi.
Tantangan di Era Orde Baru
Namun, perjalanan awal Sanggar Tangkasi tidak mulus. Nama Leonardo masuk daftar “orang yang patut diwaspadai” akibat aksi demonstrasi siswa pada tahun 1982 yang memprotes pungutan di sekolah. Akibatnya, Teater Repsas ’83 menghadapi kesulitan dalam mendapatkan rekomendasi dari kantor Sospol.
Berbekal kegigihan, Leonardo akhirnya mendapatkan dukungan dari wartawan Hengky Adipati dan Walikota Administratif Bitung, Drs. K. L. Senduk. Berkat intervensi mereka, rekomendasi tersebut akhirnya keluar, dan 23 Juli 1983 ditetapkan sebagai hari lahir Sanggar Tangkasi.
Sekolah Peradaban
Kini, Sanggar Seni Tangkasi telah berkembang menjadi pusat seni dan budaya yang berperan sebagai “sekolah peradaban.”
Sanggar ini sukses mengantarkan banyak anggota binaannya mencapai puncak karier di berbagai bidang, sekaligus menjaga semangat kreativitas dan pengabdian terhadap seni dan masyarakat.
Sanggar Tangkasi Bitung bukan sekadar komunitas seni, tetapi simbol perjuangan, dedikasi, dan mimpi yang terus hidup di hati para pendirinya dan generasi penerus.