Abraham Donatius Wakkary adalah salah satu tokoh besar Minahasa yang mencatatkan namanya dalam sejarah militer Hindia-Belanda.
Bersama Tololiu Dotulong, ia menjadi Groot Majoor, perwira tertinggi di pasukan yang menjadi embrio KNIL, dengan keistimewaan berasal dari kesatuan kavaleri (pasukan berkuda).
Lahir di Manado pada 15 Juni 1796, Wakkary berasal dari Negeri Baru, sebuah balak Minahasa yang kini termasuk wilayah Kota Manado, dengan ibu kota Titiwungen.
Keluarga dan Awal Kehidupan
Abraham adalah putra dari Donatius Wakkary, seorang Kepala Balak/Walak Negeri Baru Wenang (Titiwungen, Manado) yang terkenal kaya dan berpengaruh pada masanya.
Keluarganya termasuk di antara pelopor Kristen awal di Minahasa.
Nama ayahnya tercatat dalam sejarah sebagai pemimpin di tahun 1808, sementara nama-nama tokoh Kristen Negeri Baru, seperti Alexander Karinda (1729) dan anaknya Augustin Karinda, menjadi bagian dari sejarah perkembangan agama Kristen di wilayah itu.
Abraham Donatius Wakkary dipermandikan pada 11 Juni 1791 oleh Pendeta J.H. Coendera van Helpen. Pendidikan formalnya dimulai di Manado, dan pada usia 18 hingga 24 tahun, ia menempuh pendidikan yang kelak menjadi bekal dalam karier militernya.
Karier Militer
Wakkary memulai karier militernya pada usia 28 tahun pada tahun 1824, bergabung sebagai serdadu untuk menghadapi Perang Diponegoro (1825–1830). Ia memulai sebagai ordonans (penghubung), kemudian secara bertahap naik pangkat menjadi kopral, sersan, hingga sersan mayor.
Kariernya mencatat pencapaian luar biasa ketika ia memperoleh pangkat Groot Majoor pasukan kavaleri, sebuah kenaikan pangkat istimewa yang melompati beberapa tingkatan militer.
Keberaniannya dalam pertempuran membuatnya dianugerahi Ridder van de Militaire Willemsorde Kelas 4, penghargaan tertinggi militer Belanda pada masa itu.
Ia menjadi orang Minahasa pertama yang menerima penghargaan ini, yang diberikan atas dedikasinya di medan perang selama Perang Diponegoro.
Dalam catatan Gedenkschrift van den Oorlog op Java van 1825 tot 1830 karya Jhr. Francois V.A. Ridder de Stuers, namanya disebut sebagai “Wakkarie,” seorang Opp. Wachtmeester (sersan mayor) di kesatuan kavaleri Hussaren. Penghargaan itu diberikan pada tahun 1830 ketika ia masih berpangkat sersan mayor, sebelum resmi menyandang gelar Groot Majoor.
Kembali ke Minahasa
Setelah Perang Diponegoro usai pada tahun 1831, Abraham Donatius Wakkary kembali ke Minahasa.
Ia ditunjuk sebagai Opziener (penilik) di bawah Residen Manado.
Selain itu, ia juga menjadi tokoh penting dalam gereja Protestan di Manado, menjabat sebagai syamas selama lima tahun.
Namun, atas permintaannya sendiri, ia mengundurkan diri dari jabatan tersebut karena alasan usia.
Akhir Kehidupan
Abraham Donatius Wakkary meninggal dunia pada 29 Maret 1868 di Manado.
Kepergiannya dikenang sebagai salah satu pahlawan militer Minahasa yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah kolonial Hindia-Belanda.
Warisan dan Penghormatan
Meskipun data tentang prestasi dan jasa-jasanya dalam Perang Diponegoro relatif minim, pencapaian militernya tetap menjadi inspirasi bagi masyarakat Minahasa. Namanya tercatat sebagai salah satu tokoh besar dalam sejarah militer lokal, menunjukkan dedikasi dan keberanian yang luar biasa.
Warisan Wakkary adalah bukti bahwa masyarakat Minahasa memiliki kontribusi yang signifikan dalam sejarah militer Hindia-Belanda, baik melalui dedikasi sebagai tentara maupun peran penting mereka dalam perkembangan masyarakat lokal setelah perang.
*Disadur dari Tulisan Adrianus Kojongian berjudul “Groot Major Van Minahasa”