Koya adalah sebuah negeri yang terletak di sebelah Barat Kota Tou’dano, Minahasa, dengan arti nama yang merujuk pada jenis tanaman bulu-air *Oxytenathera sinuata Camble*.
Koya dikenal sejak lama, bahkan sebelum resmi dijadikan perkampungan oleh Zending (penyebaran agama Kristen) pada tahun 1855/6.
Dalam laporan yang tertulis dalam *Fragment uit een Reisverhaal* oleh Dr. W.R. van Hoëvell (1856) dan *MNZG XII* (1868), disebutkan bahwa Koya menjadi titik awal untuk pembentukan kampung-kampung Kristen di sekitar wilayah tersebut, yang dimulai dengan pelayanan dan permandian-suci untuk penerimaan anggota Gereja.
Namun, jauh sebelum menjadi perkampungan Kristen, Koya telah ada sejak masa penjajahan Belanda.
Pada tahun 1819, Pendeta berkeliling, Ds. Dirk Lenting, mencatat dalam perjalanan misinya ke Kapataran bahwa Koya sudah dikenal.
Bahkan, pada Perang Tondano Ke-3 yang terjadi pada November 1808, Koya menjadi tempat mendirikan perkemahan bagi pasukan Belanda, yang dibantu oleh pasukan dari Ambon, Ternate, dan Minahasa.
Koya juga tercatat dalam sejarah evangelisasi, di mana setiap perkampungan yang dibentuk oleh para zendeling (missionary) sering kali diambil tanggal permandian-suci pertama sebagai tahun berdirinya sebuah kampung.
Meskipun demikian, istilah “berdirinya kampung” di sini merujuk pada lahirnya anggota gereja, bukan sekadar pembentukan sebuah pemukiman.
Dengan demikian, Koya memiliki sejarah yang panjang dan kaya, dari peranannya dalam perang hingga menjadi pusat penyebaran agama Kristen di Minahasa, yang berlanjut hingga saat ini.
Kutipan tulisan Boeng Dotulong