Peta Manado (1679): Sebuah Jejak Sejarah Kota yang Kaya Warisan

Artikel2431 Dilihat

Peta bersejarah Manado dari tahun 1679, yang dikenal dengan judul Kaartje van de Manahassa, mencatat jejak panjang sejarah kota ini.

Dalam peta tersebut, bendera Belanda terlihat berdampingan dengan nama Manado, bagian dari register harian yang disusun oleh Gubernur Padtbrugge dalam arsip VOC 1345.

 

Peta ini memiliki ciri khas dengan pinggirannya yang menguning, menunjukkan bahwa peta ini mungkin sempat keluar dari volume OBP yang lebih besar.

Di bagian belakangnya terdapat catatan bertuliskan “N 910”, menambah nilai historisnya.

 

Manado: Kota yang Tersembunyi di Teluk yang Indah

 

Manado, ibu kota Sulawesi Utara, terletak di Teluk Manado yang dikelilingi oleh pegunungan.

Kota ini memiliki populasi lebih dari 700.000 jiwa menurut perkiraan 2014, menjadikannya kota terbesar kedua di Sulawesi setelah Makassar.

 

Sejarah awal Manado tercatat dalam peta dunia yang dibuat oleh kartografer Prancis, Nicolas Desliens, yang menampilkan pulau Manarow.

 

Sebelum kedatangan bangsa Eropa, wilayah Manado berada di bawah kekuasaan Sultan Ternate yang mengenalkan agama Islam dan memungut upeti dari penduduk setempat.

Ketika Portugis memasuki wilayah ini, mereka menjadikan Sultan Ternate sebagai vasal, mengambil alih Minahasa, dan mendirikan pabrik di Wenang.

 

Kedatangan Spanyol dan Pengaruhnya terhadap Manado

 

Sementara itu, Spanyol sudah lama menguasai Filipina dan memanfaatkan tanah Minahasa yang subur untuk menanam kopi dari Amerika Selatan.

Manado pun berkembang pesat sebagai pusat perdagangan kopi yang diekspor ke China.

 

Dengan dukungan sekutu asli, Spanyol berhasil merebut benteng Portugis di Amurang pada tahun 1550-an dan mendirikan benteng di Manado, akhirnya menguasai seluruh Minahasa.

Manado juga menjadi tempat berkembangnya salah satu komunitas Indo-Eurasia (Mestizo) pertama di kepulauan ini pada abad ke-16, dengan Raja pertama Manado, Muntu Untu, yang ternyata merupakan keturunan dari seorang Mestizo Spanyol.

 

Perubahan Kekuasaan: Dari Spanyol ke Belanda

 

Namun, Spanyol akhirnya melepaskan kendalinya atas Minahasa setelah menandatangani perjanjian dengan Portugis, yang mengharuskan mereka membayar 350.000 ducat.

 

Penduduk Minahasa kemudian menjalin aliansi dengan Belanda dan mengusir Portugis dari Manado.

Pada 1658, VOC (Perusahaan Hindia Timur Belanda) membangun benteng Fort Amsterdam di Manado, dan mulai memperkenalkan agama Kristen melalui misionaris Belanda seperti Riedel dan John Gottlieb Schwarz.

Gereja pertama di Manado, Oude Kerk (Gereja Tua), yang dibangun oleh para misionaris ini, masih berdiri hingga kini dan dikenal dengan nama Gereja Sentrum.

 

Manado dalam Perang dan Perubahan Zaman

 

Selama sejarahnya, Manado juga turut terlibat dalam sejumlah peristiwa besar. Pada 1810, kapal HMS Dover merebut Manado, dan pada tahun 1830, Pangeran Diponegoro, yang memimpin perang melawan Belanda, diasingkan ke Manado.

 

Pada 1859, Alfred Wallace, seorang ahli biologi Inggris, mengunjungi Manado dan mengagumi keindahan kota ini.

 

Pada abad ke-20, Manado kembali menjadi saksi dari perubahan besar. Pada 1919, kota ini menjadi pusat Prefektur Apostolik Celebes dan pada 1961, ditetapkan sebagai Keuskupan Manado.

 

Namun, kota ini juga merasakan dampak perang dunia. Jepang merebut Manado dalam Pertempuran Manado pada Januari 1942 dan kota ini mengalami kerusakan parah akibat pemboman Sekutu.

 

Pada 1958, kota ini menjadi markas bagi gerakan pemberontakan Permesta.

Ketika Permesta melawan pemerintah pusat, Jakarta merespons dengan membom Manado pada Februari 1958 dan kemudian menginvasi kota ini pada Juni 1958.

 

Manado: Dari Sejarah Menuju Masa Depan

 

Sejarah panjang Manado menunjukkan betapa kota ini telah menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting yang membentuk Indonesia seperti yang kita kenal hari ini.

 

Kini, Manado tidak hanya dikenal sebagai kota dengan pesona alam yang memukau, tetapi juga sebagai simbol keberagaman budaya yang kaya.

Sumber Dutch Docu Channel

Tinggalkan Balasan