John Lie: Hantu Selat Malakabyang Membela Republik hingga Titik Darah Penghabisan

Di tengah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, seorang pelaut asal Manado, Sulawesi Utara, menjadi pahlawan tak terduga.

Dialah John Lie Tjeng Tjoan, sosok yang berani menghadapi blokade laut Belanda demi memasok senjata untuk para pejuang. Berasal dari keluarga Tionghoa dan beragama Kristen, kisah hidupnya menjadi bukti bahwa perjuangan untuk negeri ini melampaui batas suku, ras, dan agama.

 

Pelaut karena Kehendak Sendiri

John Lie lahir di Manado pada 9 Maret 1911, dari keluarga pedagang. Namun, ia memilih jalannya sendiri sebagai pelaut. Pada usia 18 tahun, dia bekerja di perusahaan pelayaran Belanda,

Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM). Ketika Jepang menduduki Indonesia pada 1942, John berada di kapal tua MV Tosari yang berlayar ke Kolombo, Sri Lanka, untuk menghindari perang.

Dari sana, ia bergabung dengan Angkatan Laut Inggris sebagai tenaga operasional, belajar tentang perang laut, logistik, hingga senjata api.

 

Pada masa itu, John dibaptis di Sungai Yordan, menandai awal perjalanan spiritual yang akan terus menyertainya.

 

Kembali untuk Republik

Setelah Perang Dunia II, John Lie kembali ke Indonesia dengan satu tekad: membela kemerdekaan.

Melalui jaringan orang Minahasa di Jakarta, dia bergabung dengan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) pada Mei 1946.

Meski berpengalaman sebagai pelaut dan pernah bertugas di medan perang, John tak segan memulai dari pangkat rendah.

 

Namun, keahliannya segera diakui. Ia naik pangkat menjadi mayor setelah sukses membersihkan ranjau laut di Pelabuhan Cilacap. Dari sini, kisah legendarisnya sebagai penyelundup senjata dimulai.

 

The Outlaw dan Misi Rahasia

 

Setelah Agresi Militer Belanda I pada 1947, John Lie menjadi nakhoda kapal cepat The Outlaw.

Misinya: menyelundupkan senjata dan logistik untuk pejuang Indonesia.

Dengan keberanian luar biasa, John dan awak kapalnya berlayar melintasi perairan berbahaya yang dijaga ketat oleh Belanda dan Inggris.

 

Operasi pertama The Outlaw pada Oktober 1947 mengangkut ribuan peluru dan senjata semi-otomatis dari Singapura ke Labuhan Bilik, Sumatra Utara.

Senjata ini kemudian diteruskan ke Jawa melalui Aceh.

Demi mengelabui musuh, kapal itu juga membawa karet untuk dijual di Malaysia, menghasilkan devisa bagi Republik yang masih miskin.

 

Julukan Hantu Selat Malaka mulai melekat pada dirinya.

John mampu lolos dari berbagai kejaran Belanda, bahkan saat pesawat patroli atau kapal perang mengincar nyawanya.

Dalam salah satu misi, kapal Belanda menembakkan meriam ke The Outlaw, tetapi badai tiba-tiba datang, menyelamatkan John dan awaknya.

John percaya bahwa ini adalah perlindungan Tuhan.

 

Pejuang dengan Alkitab di Tangan

Di tengah risiko tinggi, John tak pernah melupakan imannya.

Dua Alkitab selalu menyertai perjalanan berbahayanya.

Kisah heroiknya bahkan diabadikan oleh majalah Life pada 26 September 1949 dengan judul “Guns and Bibles Are Smuggled to Indonesia.”

 

 

Meski dicap sebagai penyelundup oleh musuh, John tidak peduli.

Baginya, misi ini adalah tugas suci untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

 

Pahlawan Yang Abadi

Setelah mengabdi hingga 1967, John pensiun dengan pangkat Laksamana Muda.

Ia mengganti namanya menjadi Jahja Daniel Dharma dan mengabdikan hidupnya untuk aksi sosial, membantu anak-anak terlantar dan gelandangan.

 

Pada 27 Agustus 1988, John Lie wafat. Ribuan orang—dari tokoh nasional hingga kaum papa—mengantarkan jenazahnya ke Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Pada 2009, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Namanya juga diabadikan sebagai kapal perang Republik Indonesia, KRI John Lie-358.

 

Kisah John Lie adalah pengingat bahwa cinta terhadap bangsa tidak diukur dari asal-usul, tetapi dari perjuangan yang dilakukan. Dalam kata-katanya sendiri:

“Soal pribumi dan non-pribumi tidak dilihat dari suku bangsa, tetapi dari siapa yang mereka bela. Semua ras dan golongan punya saham dalam membentuk Republik Indonesia.”

Tinggalkan Balasan