Frederick DJ Pangemanann (1870–1910) adalah seorang tokoh penting dalam sejarah pers dan sastra modern Indonesia.
Ia dikenal sebagai seorang jurnalis, pengarang, dan penulis cerita dengan gaya baru yang meninggalkan bentuk tradisional.
Berasal dari Minahasa, Pangemanann aktif dalam dunia pers di Batavia (Jakarta) dan Bandung. Pada masanya, ia menjadi salah satu penulis pribumi yang produktif, khususnya dalam penerbitan berbahasa Melayu.
Karir Jurnalistik dan Kontribusi di Dunia Pers
FDJ Pangemanann memulai karir jurnalistiknya dengan menjadi redaktur Bintang Betawi (1894–1906), surat kabar berbahasa Melayu yang ke-10 di Batavia. Setelah Bintang Betawi tutup, ia bergabung dengan Kabar Perniagaan, yang kemudian berubah menjadi Perniagaan hingga tahun 1930 dan akhirnya menjadi Siang Po sampai pendudukan Jepang tahun 1942.
Pada tanggal 6 Januari 1906, Pangemanann memprakarsai berdirinya Maleische Journalisten Bond, organisasi wartawan pertama di Hindia Belanda. Organisasi ini bertujuan meningkatkan kualitas jurnalistik dan menyatukan para wartawan Melayu. Kepengurusan organisasi ini terdiri dari tokoh-tokoh pers terkemuka, seperti Clockener Brousson (ketua), F. Wiggers (wakil ketua), Pangemanann (sekretaris), dan Phoa Tjoen Hoat (bendahara).
Karya Sastra: Pionir Kesusastraan Modern
Pangemanann menulis cerita-cerita bersambung yang diterbitkan di Bintang Betawi. Salah satu karyanya yang paling dikenal adalah Tjerita Rossina (1903) dan Si Tjonat (1900). Karya-karya ini menonjolkan penggunaan bahasa Melayu sebagai medium utama, meninggalkan bahasa Belanda atau bahasa daerah.
- Tjerita Rossina (1903)
Karya ini pertama kali diterbitkan sebagai cerita bersambung di Bintang Betawi dan kemudian dipentaskan oleh kelompok-kelompok teater di kota-kota besar seperti Semarang, Medan, Singapura, dan Malaya. Cerita ini mengisahkan Rossina, seorang budak Bali, yang melarikan diri dari majikan kejam dan terjebak dalam kehidupan penuh liku-liku bersama seorang kepala perampok. Konflik berakhir dengan pembebasan Rossina dan kisah cinta yang membawa keadilan bagi para tokoh.Plagiarisme Rossina
Setelah meninggalnya Pangemanann, karyanya menjadi korban plagiarisme oleh H.F.R. Kommer, yang menerbitkan versi tiruan berjudul Rossinna pada tahun 1910. Walaupun undang-undang hak cipta baru diberlakukan pada 1912, tindakan ini tetap dianggap melanggar nilai-nilai seni. - Si Tjonat (1900)
Novel ini didasarkan pada kisah nyata tentang seorang bandit pribumi bernama Tjonat yang dikenal karena aksi kejamnya di Batavia. Tjonat menjadi pemimpin gerombolan perampok yang meneror berbagai etnis, termasuk Belanda, Cina, dan pribumi. Kisah ini sangat populer, sehingga sering diadaptasi menjadi pementasan teater hingga tahun 1930-an dan difilmkan pada 1929 oleh Batavia Motion Picture.Film Si Tjonat menuai kontroversi karena ceritanya dianggap penuh kekerasan. Namun, menurut Kwee Tek Hoay, seorang kritikus film, film ini memiliki nilai penting dalam sejarah sinema Cina di Hindia Belanda.
Pangemanann dan Kritik Sosial
Selain sebagai jurnalis dan pengarang, Pangemanann juga menjadi pelopor kritik sosial melalui pers. Bersama R.M. Tirto Adhi Soerjo, ia melancarkan kritik terhadap pejabat Hindia Belanda yang dianggap tidak adil dan korup. Langkah ini menjadi salah satu fondasi awal bagi munculnya pers nasional di Indonesia.
Warisan dan Pengaruh
Karya-karya FDJ Pangemanann mencerminkan peralihan dari sastra tradisional ke sastra modern yang lebih realis, dengan fokus pada isu sosial dan keadilan. Ia juga berjasa dalam memperjuangkan peran bahasa Melayu sebagai media komunikasi massa. Walaupun beberapa karyanya mengalami plagiarisme, pengaruhnya dalam dunia sastra dan pers tetap diakui hingga kini.
Melalui karya dan aktivitasnya, FDJ Pangemanann bukan hanya mencatatkan namanya dalam sejarah kesusastraan, tetapi juga turut memengaruhi perkembangan pers nasional yang berperan penting dalam pembentukan identitas bangsa Indonesia.