Sosok Legendaris dari Minahasa
Benjamin Thomas Sigar atau Tawalijn Sigar adalah tokoh penting dalam sejarah Minahasa dan Hindia Belanda.
Namanya tercatat sebagai seorang kapiten Pasukan Tulungan, pasukan yang terdiri dari orang-orang Minahasa yang direkrut oleh pemerintah kolonial Belanda.
Tak hanya itu, Sigar juga dikenal sebagai Hukum Besar atau kepala distrik Langowan, sebuah jabatan bergengsi dalam struktur pemerintahan lokal di Minahasa.
Jejak Benjamin Thomas Sigar tak hanya terukir dalam sejarah perang, tetapi juga dalam sistem pemerintahan tradisional Minahasa.
Warisannya bertahan melalui keturunannya, termasuk figur-figur penting di masa modern.
Peran di Pasukan Tulungan dan Perang Jawa
Nama Benjamin Thomas Sigar pertama kali mencuat dalam catatan sejarah Perang Jawa (1825-1830), perang besar yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro melawan pemerintah kolonial Belanda.
Untuk menumpas pemberontakan ini, Belanda mengadopsi strategi “pecah belah dan kuasai” (divide et impera) dengan merekrut pasukan tambahan dari berbagai wilayah Nusantara, termasuk Minahasa.
Pasukan dari Minahasa dikenal sebagai Pasukan Tulungan dibawah komando mayor Tololiu Hermanus Willem Dotulong.
Pasukan ini terdiri dari para pemuda Minahasa yang dilatih dan dipersenjatai oleh Belanda.
Mereka bertugas membantu operasi militer dalam perang melawan pasukan Pangeran Diponegoro.
Di sinilah peran Benjamin Thomas Sigar sebagai salah satu kapiten (kapten) pasukan menjadi penting.
Dengan keahlian tempurnya, ia turut serta dalam menghadapi pasukan Diponegoro yang gigih bertempur menggunakan taktik gerilya.
Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap pada 28 Maret 1830, peran Pasukan Tulungan secara resmi berakhir.
Namun, pengaruh tokoh-tokoh seperti Sigar tidak pudar.
Sebaliknya, mereka justru mendapat posisi strategis dalam pemerintahan kolonial Belanda.
Menjadi Hukum Besar Langowan
Setelah Perang Jawa usai, Benjamin Thomas Sigar kembali ke Minahasa dan diangkat menjadi Hukum Besar atau kepala distrik Langowan.
Posisi ini mirip dengan jabatan kepala daerah atau bupati pada era modern.
Sebagai Hukum Besar, Sigar bertanggung jawab atas administrasi pemerintahan, penegakan hukum, serta pengelolaan wilayah.
Di bawah kepemimpinannya, Langowan menjadi salah satu distrik yang penting dalam tatanan pemerintahan Minahasa. Sebagai penghubung antara pemerintah kolonial Belanda dan masyarakat lokal, Sigar memainkan peran strategis dalam menjaga stabilitas dan harmoni di wilayahnya.
Sebagai tokoh yang memiliki legitimasi adat dan pengakuan kolonial, Sigar dapat mengintegrasikan nilai-nilai tradisional Minahasa dengan kebijakan kolonial Belanda.
Jejak Warisan dan Keturunan yang Berpengaruh
Warisan Benjamin Thomas Sigar terus hidup melalui keturunannya.
Salah satu yang paling terkenal adalah Philip F.L. Sigar, yang menjabat sebagai anggota Dewan Kota Manado.
Hubungan keluarga ini semakin menarik perhatian publik karena Sigar juga merupakan leluhur dari Dora Marie Sigar, ibu dari Prabowo Subianto, salah satu tokoh politik paling terkenal di Indonesia.
Jejak Benjamin Thomas Sigar tak hanya terbatas pada jalur keturunan, tetapi juga pada warisan fisik dan simbolis.
Salah satu simbol warisannya adalah makamnya yang terletak di dekat Gereja Sentrum Langowan.
Makam ini sering dikunjungi oleh keturunannya, termasuk Prabowo Subianto.
Makam tersebut bukan hanya simbol penghormatan terhadap leluhur, tetapi juga lambang kebanggaan keluarga besar Sigar.
Pengaruh dan Relevansi Sejarahnya
Sebagai seorang kapiten Pasukan Tulungan dan Hukum Besar Langowan, Benjamin Thomas Sigar memainkan dua peran penting dalam sejarah Indonesia.
Di satu sisi, ia adalah seorang pejuang yang berpartisipasi dalam operasi militer Perang Jawa.
Di sisi lain, ia juga seorang pemimpin masyarakat lokal yang mampu menjembatani nilai-nilai tradisional Minahasa dengan kebijakan kolonial.
Meski terlibat dalam konflik di bawah panji Belanda, peran Sigar tidak sepenuhnya negatif.
Sejarah Minahasa pada masa itu menunjukkan bahwa banyak pemimpin lokal yang bekerja sama dengan Belanda, tetapi tetap menjaga kepentingan masyarakat mereka.
Posisi ini sering kali menjadi dilema bagi para pemimpin lokal di seluruh Nusantara.
Bagi masyarakat Minahasa, Sigar adalah simbol kekuatan lokal. Ia adalah representasi dari semangat juang dan kepemimpinan, dua nilai yang masih dijunjung tinggi dalam budaya Minahasa hingga hari ini.
Benjamin Thomas Sigar adalah tokoh kunci dalam sejarah Minahasa dan Hindia Belanda.
Dari seorang kapiten Pasukan Tulungan yang turut serta dalam Perang Jawa, ia kemudian diangkat menjadi Hukum Besar Langowan, salah satu posisi paling bergengsi dalam sistem pemerintahan lokal.
Pengaruhnya melampaui masanya, terutama melalui jejak keturunannya yang melanjutkan peran-peran penting dalam pemerintahan dan politik Indonesia.
Warisan fisiknya tetap dikenang melalui makamnya di Langowan, sedangkan warisan nilai-nilainya terus hidup dalam semangat masyarakat Minahasa.
Perannya yang kompleks โ antara melawan dan bekerja sama dengan Belanda โ mencerminkan dilema yang dihadapi banyak pemimpin lokal di masa kolonial.
Namun, di mata keturunannya, Sigar tetap menjadi simbol kekuatan, keteguhan, dan kebanggaan.
Berkat posisinya sebagai pemimpin militer dan kepala distrik, Benjamin Thomas Sigar tidak hanya dihormati oleh keluarga besar Sigar, tetapi juga oleh masyarakat Minahasa dan sejarawan yang mencatat peran pentingnya dalam sejarah Hindia Belanda.